BATULICIN, GK – Di balik tugas-tugas administratif yang sering disematkan pada sosok Ketua Rukun Tetangga (RT), tersimpan kisah pengabdian yang tak selalu tampak di permukaan. Bagi M. Yahya (47), Ketua RT 18 Kelurahan Tungkaran Pangeran, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu. Ternyata menjadi RT bukan sekadar jabatan. Ini adalah bentuk pengorbanan, dedikasi, dan perjuangan hati.
Sejak dipercaya menjabat pada tahun 2022, Yahya melewati perjalanan yang tak mudah. Bukan hanya menghadapi persoalan warga atau tantangan lingkungan, tetapi juga ujian dalam keluarga.
“Awalnya, saya sempat diminta berhenti menjadi RT oleh istri saya sendiri, yang saat itu sedang hamil,” ujar Yahya, mengenang awal perjuangannya dengan tatapan lembut. Saat itu, ia ditemani dua rekannya, Ketua RT 20 dan Ketua RT 5 Kelurahan Tungkaran Pangeran lainnya, Senin (30/6/2025).
Kekhawatiran sang istri beralasan. Bagi banyak orang, jabatan RT kerap disalahartikan sebagai beban tanpa balasan. Rentan disalahpahami, dan tak jarang mendapat cibiran.
“Ada saja warga yang berkata buruk tentang kita. Itu yang membuat istri saya khawatir,” katanya lirih.
Namun, Yahya tak menyerah. Ia memilih jalan pengabdian, meski harus beradu pandangan dengan orang terdekat. Ia tahu, menjadi RT berarti membuka hati untuk orang banyak—bukan sekadar hadir dalam rapat, tapi juga menyatu dalam denyut kehidupan warga.
“Saya jelaskan ke istri, bahwa segala sesuatu harus dijalani dengan niat baik. Tekad saya waktu itu adalah ingin membantu warga. Apa pun yang bisa saya usulkan untuk kebaikan lingkungan, akan saya usulkan. Kuncinya, kita harus bisa berbaur dan membina hubungan baik dengan warga,” jelasnya penuh keyakinan.
Waktu menjadi saksi. Perlahan, istrinya mulai memahami jalan hidup yang dipilih sang suami. Walau tantangan tetap ada, keikhlasan Yahya menjadi pelita yang menerangi langkahnya.
“Kalau ada omongan yang tak sedap, kita cukup dengarkan saja. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri,” tambahnya, sembari melempar senyum penuh ketabahan.
Kini, setelah lebih dari dua tahun menjabat, Yahya tetap memelihara harap: agar segala perjuangannya tak sia-sia. Bahwa segala pengorbanan, baik waktu, tenaga, maupun perasaan, suatu hari akan berbuah kebaikan.
“Semoga apa yang saya lakukan bisa membawa manfaat bagi warga, dan semoga pemerintah bisa lebih memperhatikan keberadaan kami sebagai Ketua RT,” tutupnya, dengan suara yang menyimpan banyak harapan.