KOTABARU – Siapa bilang kesiapsiagaan bencana hanya urusan orang dewasa? Di SMPN 1 Pamukan Utara, Kabupaten Kotabaru, puluhan pelajar dilatih langsung menghadapi situasi darurat melalui simulasi gempa bumi, kebakaran, hingga banjir. Kegiatan yang digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotabaru pada Rabu (23/7/2025) ini menjadi bukti bahwa generasi muda bisa jadi ujung tombak dalam membangun masyarakat tangguh bencana.
Tak hanya memberikan materi, BPBD hadir dengan pendekatan yang interaktif dan menggugah semangat. Para siswa tak sekadar duduk mendengarkan, mereka ikut bergerak, bereaksi, dan berpikir cepat layaknya dalam situasi nyata. Simulasi dilakukan langsung di aula sekolah, lengkap dengan arahan teknis, jalur evakuasi, dan strategi bertahan hidup di kondisi darurat.
“Kami ingin menanamkan bahwa kesiapsiagaan bukan cuma tugas pemerintah. Semua orang, termasuk anak-anak sekolah, punya peran penting. Hal sederhana seperti tahu ke mana harus lari saat gempa bisa menyelamatkan nyawa,” ujar Lathifu Arsyiono, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kotabaru.
Antusiasme para siswa terlihat jelas sepanjang kegiatan. Meski awalnya tegang, mereka mulai terbiasa dan semakin percaya diri saat menjalani skenario demi skenario. Beberapa siswa bahkan mengaku baru kali ini mendapat pelatihan seperti ini secara langsung.
Kepala SMPN 1 Pamukan Utara menyampaikan apresiasi atas kegiatan tersebut. “Ini bukan sekadar sosialisasi biasa. Anak-anak jadi lebih sadar dan tahu apa yang harus dilakukan kalau terjadi bencana. Kami berharap program seperti ini terus berlanjut,” ujarnya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda rutin edukasi kebencanaan BPBD yang menyasar sekolah-sekolah di wilayah Kotabaru. Langkah ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana serta program nasional Sekolah Aman yang diinisiasi BNPB.
Dengan membangun budaya sadar risiko sejak dini, BPBD berharap lahir generasi yang tidak hanya tanggap saat bencana, tapi juga peduli terhadap keselamatan bersama. Karena pada akhirnya, kesiapsiagaan bukan sekadar teori — ia harus dipraktikkan, dimulai dari sekolah, hingga ke pelosok desa.[Yandi