Desa Gunung Ulin di Kotabaru Kembangkan Budidaya Lele Berbasis Bioplok

KOTABARU, GK – Pemerintah Desa Gunung Ulin, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, mulai mengembangkan budidaya ikan lele berbasis teknologi Bioplok, sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan dan membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa.

Dalam wawancara eksklusif pada Kamis (23/10/2025), Kepala Desa Gunung Ulin, Muhammad Penganten, menjelaskan bahwa program ini merupakan langkah awal pemberdayaan masyarakat melalui sektor perikanan.

“Budidaya lele ini baru berjalan dua bulan. Panen perdana diperkirakan bulan depan, dengan nilai produksi mencapai Rp8.000.000. Ini menjadi contoh nyata bahwa masyarakat bisa mandiri dan produktif,” ujarnya.

Menurut Penganten, ikan lele dipilih karena lebih cepat tumbuh dan lebih mudah dipasarkan dibandingkan ikan nila.

“Lele memang membutuhkan pakan lebih banyak, tapi pertumbuhannya cepat. Nila lambat dan makannya sedikit. Dari segi pemasaran, lele lebih menjanjikan,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya sortir dan pemeliharaan rutin setiap 10 hari agar pertumbuhan ikan tetap optimal dan tidak terjadi kanibalisme antar ikan.

Budidaya ini menggunakan sistem Bioplok, yaitu teknologi kolam terpal yang mampu bertahan hingga 8 hingga 9 tahun. Desa Gunung Ulin telah menerima bantuan 5 unit Bioplok dari BKTD, lengkap dengan bibit dan pakan.

“Bibit lele yang digunakan berukuran sekitar 78 gram, sebanyak 1.000 ekor. Pakan diberikan dua kali sehari, pagi dan sore, dengan biaya sekitar Rp18.000 per 10 hari,” terang Penganten.

Program ini melibatkan warga secara langsung, baik dalam pemeliharaan maupun pengelolaan hasil panen. Ikan yang dipelihara tidak hanya untuk dijual, tetapi juga dibagikan dan dikonsumsi bersama.

“Kami ingin ada contoh nyata di desa. Masyarakat bisa melihat, belajar, dan ikut terlibat. Ini bukan hanya soal ikan, tapi soal kemandirian,” tegasnya.

Ke depan, Desa Gunung Ulin berencana melanjutkan program ini melalui Dana Desa (DDS) dan menjadikannya sebagai sumber Pendapatan Asli Desa (PAD). Jika berhasil, program akan diperluas dan dijadikan model pengembangan ekonomi desa.

“Kami berharap ini menjadi awal yang baik. Jika dikelola dengan benar, budidaya lele bisa menjadi sumber penghasilan tetap bagi warga,” tutup Penganten.

Yandi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *