Enam Bulan Gelap, Warga Gunung Batu Besar Geram: “Kami Lumpuh karena Listrik!”

Enam Bulan Gelap, Warga Gunung Batu Besar Geram: “Kami Lumpuh karena Listrik!”

KOTABARU GK – Rasa sabar warga Desa Gunung Batu Besar, Kecamatan Sampanahan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, akhirnya memuncak. Sudah enam bulan mereka hidup dalam bayang-bayang gelap, akibat pemadaman listrik yang terus berulang lantaran keterlambatan pasokan bahan bakar minyak (BBM) untuk pembangkit. Kali ini, mereka tak tinggal diam.

Puluhan warga dari berbagai RT memadati halaman Kantor PLTD atau Unit Listrik Desa (ULD) Gunung Batu Besar. Dengan wajah penuh kecewa dan suara lantang, mereka menuntut PLN bertanggung jawab dan segera bertindak nyata. Spanduk bertuliskan “Kami Butuh Listrik, Bukan Janji!” dibentangkan sebagai bentuk protes keras.

Di tengah aksi tersebut, tokoh masyarakat setempat, Tajuddin Noor, menyuarakan keresahan yang sudah lama dipendam. Baginya, pemadaman ini bukan sekadar soal listrik padam, tapi persoalan hidup yang terhenti.

“Lampu di desa kami selalu mati. Alasannya hampir setiap kali karena pasokan BBM tidak mencukupi, dan ini bukan lagi kejadian baru. Kami resah karena kondisi ini berdampak pada kehidupan kami, mulai dari pekerjaan hingga urusan rumah tangga,” ujarnya kepada Genpikalsel.com melalui WhatsApp, Selasa (6/5/2025)

Dampak krisis listrik ini begitu nyata dan melumpuhkan. Nelayan tak bisa memproduksi es untuk menyimpan ikan, sehingga memilih tidak melaut demi menghindari kerugian. Warung-warung yang biasa menjual minuman dingin tutup lebih awal. Bengkel tak bisa mengoperasikan mesin. Bahkan anak-anak terpaksa belajar dalam penerangan seadanya.

“Kami terpaksa berhenti bekerja. Nelayan tidak bisa menyimpan ikan, dan pekerja harian kesulitan menjalankan usaha mereka. Krisis listrik ini telah melumpuhkan roda ekonomi kami,” tambah Tajuddin, dengan suara penuh keprihatinan.

Baca Juga :  Polres Kotabaru Berikan Tips Penting untuk Liburan Aman dan Nyaman Bersama Keluarga

Menurutnya, keterlambatan pasokan BBM yang terjadi secara terus menerus seharusnya dapat dicegah. Ia menilai PLN lalai dalam memperkirakan kebutuhan bahan bakar dan terlalu lamban merespons krisis.

“PLN pasti tahu kapan stok BBM menipis dan seharusnya bisa mengirimkan pasokan tepat waktu. Tapi kenyataannya, suplai selalu datang terlambat seolah-olah tidak ada perhatian terhadap kebutuhan masyarakat,” tegasnya.

Kepala Desa Gunung Batu Besar, A. Yani, juga menyuarakan desakan agar PLN lebih serius menangani masalah ini. Ia menyebut, masalah listrik tidak hanya berdampak pada satu desa, tapi merembet ke berbagai wilayah sekitar.

“Kami berharap PLN benar-benar memberi perhatian terhadap kondisi ini. Jangan sampai keterlambatan pasokan BBM menjadi masalah berkelanjutan. Ini bukan hanya tentang desa kami, tetapi juga desa-desa lain yang bergantung pada PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka,” kata A. Yani.

Aksi warga akhirnya membuahkan hasil. Tak lama setelah protes digelar, PLN Kotabaru mengirimkan 20 ton BBM ke Gunung Batu Besar. Truk tangki bermuatan penuh tiba di desa tersebut, disambut harap-harap cemas oleh warga yang telah terlalu lama menunggu cahaya kembali hadir.

“Alhamdulillah, pihak PLN Kotabaru telah mengirimkan 20 ton BBM. Kami berharap pasokan ini cukup untuk menjaga agar listrik tidak kembali padam,” ujar A. Yani dengan nada lega.

Namun, meski pasokan telah datang, warga masih menanti komitmen nyata dari PLN. Mereka berharap krisis ini tidak hanya ditambal sementara, tetapi diselesaikan hingga ke akar persoalan. Masyarakat ingin kepastian, bukan sekadar janji.[Yandi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *